Marxisme
Marxisme tidak saja sebagai kerangka pemikiran yang hanya mencakup karya Marx dan Engels, tapi juga karya-karya kaum Marxist (pemikir besar Marxisme pasca Marx dan Engels), semisal; Lenin, Karl Kautsky, Karl Korsch, Rosa Luxemburg, Leon Trotsky, Antonio Gramsci, Tan Malaka, kelompok Mazhab Frankurt, dll. yakni mereka yang telah ikut memberi kontribusi ide dan gagasan dalam melengkapi seluruh bangunan teoritik Marx.
Relasi Produksi
Relasi produksi, atau sebagai hubungan-hubungan produksi, merupakan akumulasi dari proses atas keberadaan pemilik modal, bahan baku, alat-alat produksi, buruh dan komoditas hasil produksi. relasi produksi dapat dibatasi pada kesimpulan, sebagai proses produksi yang melibatkan bahan baku, alat-alat produksi, buruh (tenaga kerja), untuk menghasilkan komoditas baru yang tidak sekedar diorientasikan sebagai komoditas atau barang ber-nilai pakai, tapi lebih sebagai komoditas atau barang ber-nilai tukar agar bisa dipertukarkan untuk kepentingan akumulasi modal yang cenderung di peroleh pada nilai lebih yang dimiliki oleh setiap komoditas atau barang yang dihasilkan dari kerja buruh (diramu dari berbagai sumber).
Pemilik Modal
kata pemilik modal dalam literatur marxisme cenderung digunakan secara bergantian dengan kata kapitalis, ini menandakan bahwa kedua penamaan ini memiliki arti yang kurang lebih sama. sebagaimana di definisikan oleh Marx, “sebagai pemilik alat-alat produksi sosial dan pemakai kerja-kerja upahan” (Karl Marx, dalam Erich Fromm, 2010:162).
Pemilik modal dalam penjelasan Marxisme lebih sebagai aktor yang memiliki peran sebagai agen penindas. Pemilik modal atau Kapitalis mengacu pada orang atau sekumpulan orang yang memiliki hak dan kewenangan dalam mengendalikan relasi-relasi atau proses produksi. Sekaligus sebagai pemilik yang sesungguhnya atas seluruh aspek dalam relasi-relasi produksi (modal, bahan baku, alat-alat, pekerja/buruh, hasil produksi, profit) yang dikendalikannya (diramu dari berbagai sumber).
Buruh
Buruh, pekerja, penjual tenaga kerja, kelompok yang teralienasi, merupakan beberapa kata yang memiliki makna (secara terminologis) yang sama dalam penjelasan-penjelasan Marx, Engels, dan Kaum Marxist. Sedangkan kata lain dengan makna yang hampir sama adalah kata Proletariat. Dari pengamatan mendalam, penulis menyimpulkan, bahwa kata “Proletariat” lebih mengacu pada “buruh” yang telah mengalami kesadaran kelas, yakni sebagai kelas yang tertindas, terhisap.
Dari penelaahan atas makna buruh dalam penjelasan Marxisme, maka penulis berkesimpulan bahwa, buruh adalah makhluk manusia yang menjual diri (tenaga kerjanya) kepada pembeli (pemilik modal) lewat sebuah transaksi bebas (sebagaimana layaknya pertukaran yang umum berlangsung di pasar-pasar), untuk bekerja dan mengabdikan tenaga serta kemampuannya demi kepentingan kapitalis (pemilik modal), untuk memproduksi komoditas tertentu. Tanpa peduli sejauh mana implikasi kontrak kerja dan pengabdiannya tersebut bagi dirinya sendiri (diramu dari berbagai sumber).
Alienasi
pemaknaan alienasi dalam term marxisme memiliki dua penjabaran makna, yakni; alienasi yang lahir dari penghayatan dalam esensi keber-agama-an, serta alienasi yang disebabkan oleh hubungan-hubungan produksi.
Dari beberapa penjelasan yang penulis temukan, maka alienasi dapat didefinisikan sebagai, tercerabutnya manusia dari akar eksistensinya, manusia hidup tidak lagi sebagai dirinya sendiri, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, sehingga aspek-aspek ini menghilangkan esensi kemanusiaannya. Manusia menemukan dirinya dalam keterlemparan yang tanpa harapan. (diramu dari berbagai sumber).
Eksploitasi
Penindasan, eksploitasi, bahkan penghisapan, dalam term marxisme merupakan tiga kata yang cenderung digunakan secara bergantian untuk mendeskripsikan makna dari kesewenang-wenangan pemilik modal terhadap pekerja/ buruh. Sehingga, menjadi mungkin jika penulis juga memberikan pemaknaan yang sama atas ketiga kata di atas.
Penulis menyimpulkan makna eksploitasi sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang yang didasarkan pada kekuatan dan kekuasaan untuk memaksakan kehendak dan kepentingannya kepada orang lain, melalui cara-cara tertentu (diramu dari berbagai sumber).
Nilai Lebih
Nilai lebih dalam penjelasan Marxisme mengacu pada profit, laba, keuntungan yang diperoleh kapitalis. entah kapitalis pemilik industri, atau kapitalis yang berupa saudagar yang memperdagangkan barang-barang (komoditas) hasil produksi buruh, yang tetap mengacu pada satu prinsip asal perolehan nilai lebih, yakni “nilai kerja” buruh yang tidak terbayar, yang dikonversi menjadi uang lewat proses tertentu. (diramu dari berbagai sumber).
Kelas Sosial
Kelas sosial/lapisan sosial dan stratifikasi sosial cenderung mengalami pengkaburan makna, istilah-istilah ini sering dipergunakan secara bergantian, sebagai dua kata yang memiliki makna yang sama. Stratifikasi sosial adalah pengkelasan, penggolongan, pembagian masyarakat secara vertikal atau dari atas ke bawah. stratifikasi sosial memiliki makna yang lebih umum dari kelas sosial. Maka, kelas sosial merupakan salah satu bentuk atau bagian dari stratifikasi sosial.
Selanjutnya, “Pengertian kelas adalah paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu uang, tanah, kekuasaan, atau dasar lainnya yang menciptakan adanya hierarki (perjenjangan) antara keompok masyarakat yang satu sebagai yang mendominasi dan kelompok masyarakat yang satunya sebagai yang tersubordinasi (dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar