Selasa, 05 Juli 2011

RIWAYAT HIDUP KARL MARX

Nama lengkapnya adalah Karl Heinrich Marx, dan dunia lebih mengenalnya dengan sebutan Karl Marx atau Marx. Berayahkan seorang pengacara terkenal Heinrich Marx (Herschel), dan Ibu Henrietta Pressborch. Marx kecil keluar dari rahim ibunya pada tanggal 5 Mei 1818, di Kota Trier Provinsi Rhine Jerman (yang ketika itu masih menjadi wilayah Kekaisaran Prussia). Ayahnya seorang keturunan Yahudi (Saudaranya Samuel, bahkan seorang Rabbi Yahudi, mewarisi profesi nenek-moyangnya), bahkan Ibunya adalah putri seorang Rabbi. Pada Tahun 1816 Pemerintah Prussia menerbitkan Undang-undang yang melarang Yahudi berpraktek sebagai Pengacara. Apa boleh dikata, hidup butuh uang, uang adalah tuntutan sosial yang pada akhirnya juga menjadi tuntutan fisiologis ketika sudah berhubungan dengan isi perut, sang ayah menjadi murtad dan berpaling dari Yahwe, begitupun ibunya, status sebagai putri seorang Rabbi Yahudi, sebuah simbol ortodoksi, tidak menjadi alasan yang bisa menyurutkan keyakinan sang ibu untuk ikut berpaling agama. Dua pasang manusia inipun dibaptis sebagai penganut Kristen Lutheran (Protestan) sebagai agama yang umum di Prussia pada saat itu. Dan pada ketika itu pula, ayah Marx mengganti namanya menjadi Heinrich.

Marx adalah anak lelaki tertua dari sembilan bersaudara, juga dibaptis sebagai penganut Kristen mengikuti ayah dan ibunya ketika Marx menginjak usia enam tahun. Menjadi keliru ketika seseorang yang yang dilahirkan dari keturunan penganut Yahudi Ortodoks (memiliki kakek, dan Paman seorang Rabbi) lalu menjadi pengkritik yang luar biasa pedas atas eksistensi sebuah agama, dengan mengatakan “Kesengsaraan agama merupakan ekspresi kesengsaraan riil sekaligus merupakan protes terhadap kesengsaraan yang nyata tersebut. Agama adalah keluhan para makhluk tertindas, jantung-hati sebuah dunia tanpa hati, jiwa untuk keadaan tak berjiwa, agama adalah candu rakyat”. Bisa mungkin, ucapan Marx ini tidak sekedar bermotif kritik karena agama telah mengalienasi manusia dari kehidupannya yang nyata, tapi ada motif psikologis, sebuah trauma masa lalu yang pada akhirnya menemukan nafas intelektualnya pada alienasi manusia, sehingga Marx menjadi tanpa ragu ketika mengkritik agama.

Tidak hanya itu, dia bahkan melontarkan beberapa kritikan pedas kepada ajaran nenek moyangnya (Yahudi) dengan mengatakan “apa pujaan dunia orang-orang Yahudi? Uang! ...uang adalah Tuhan Israel yang pencemburu yang sudah ada sebelum Tuhan-tuhan Lainnya eksis. Agama Yahudi adalah kutukan terhadap teori, terhadap seni, terhadap sejarah.

Tahun 1835, setelah menyelesaikan pendidikan dasar (Gymnasium) di kota kelahirannya, Marx melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dengan memilih untuk melanjutkan studi pada hukum yurisprudensi di fakultas Hukum Universitas Bonn. Pola hidup yang tidak teratur selama di Bonn, bahkan bergabung dengan klub minuman keras Trier Traven, menjadi pemabuk, dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan berpesta ketimbang belajar. Menjadi kriminal, bergabung dengan kelompok revolusioner, pernah terluka karena berkelahi, dan dipenjara karena membuat keonaran, Marx benar-benar manusia anarkis yang mirip gelandangan. Hanya selama satu semester di Bonn, setahun kemudian, Marx dipindahkan oleh ayahnya ke Universitas Berlin, dengan harapan Marx bisa berubah. Di Berlin, Marx mulai bergabung dengan satu kelompok diskusi Klub Doktor (Doctor Club), sebuah kelompok diskusi Hegelian Muda yang berada dibawah pengaruh bayang-bayang filsafat Hegel, meskipun pada akhirnya Marx membenci Hegel yang terlampau idealis, yang cenderung meletakkan ide sebagai dasar untuk memahami totalitas kehidupan. Belajar dari Feuerbach, Marx mulai mengenal materialisme. Tapi Marx bukan orang yang penurut, dia balik mengarahkan senjatanya dan menyerang Feuerbach yang dinilainya tidak metodis, karena membuang Dialektika Hegel, yang merupakan kunci untuk memahami perubahan dan perkembangan sejarah. Selama lima tahun di Berlin, ternyata Marx tidak berubah. Ayahnya pernah menegurnya, karena pola hidupnya yang semrawut, tidak jelas, hilir mudik ke berbagai orientasi studi. Saking kacaunya kehidupan Marx, sang ayah pernah mengatakan “Tuhan, tolong kami! Kacau, tak serius belajar, terlalu banyak berpikir dibawah lampu minyak; orang barbar berbaju sarjana dan berambut berantakan”.

Pada Tahun 1841, Marx berhasil menyelesaikan disertasi doktoralnya, ‘Die Differenz der Demokritischenund Epikureischen Naturphilospohie (The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature), dan memperoleh gelar Doktor Filsafat dari Universitas jena. Selang setahun kemudian (1842) Marx menjadi editor utama salah satu koran ternama di Koln Rheinische Zeitung, dalam sensor yang ketat. Marx hanya menjabat selama sepuluh bulan, dan karena pendirian politiknya, koran itu kemudian ditutup oleh pemerintah.

Marx menikahi tetangganya Jenny von Westphalen, Putri seorang bangsawan kaya Baron Johann Ludwig Von Westphalen, Jenny adalah teman bermain semasa kecil yang terpaut usia empat tahun lebih tua dari Marx. Mereka bertunangan ketika Marx berusia tujuh belas tahun dan Jenny dua puluh satu tahun, tujuh tahun bertunangan, merekapun menikah pada Tahun 1843. Selang beberapa lama kemudian, Marx pindah ke Paris, untuk memperoleh suasana nyaman dan liberal yang masih nampak menggejala di perancis pada ketika itu. sesampai di perancis, dan kembali menjadi editor salah satu koran Jerman yang terbit di paris Deutsch-Franzosische Jahrbucher. Pada periode ini, Marx bertemu dengan Friedrich Engels (1820-1895), anak seorang saudagar kaya, pemilik industri tenun di kota Barmen Jerman. Bahkan Engels dipercaya oleh ayahnya untuk menjalankan perusahaan tekstil milik keluarganya di Manchester. Friedrich Engels sebagai kawan karib, sahabat revolusioner, sekaligus sebagai orang yang banyak membantu Marx selama masa hidupnya yang naik-turun, antara berduit (karena warisan dari Ayah dan Mertuanya), dan kemelaratan karena hidup Marx yang nyaris tidak memiliki pekerjaan tetap serta penghasilan yang tetap dan cukup. Bahkan karena kehidupannya yang miskin dan melarat bagai benalu, ibunya pernah mengeluh, “Mudah-mudahan Marx bisa menghasilkan kapital daripada sekedar menulis tentang kapital!”. Tidak hanya itu, selama periode hidupnya di London, hampir setiap hari Marx dan istrinya dikejar-kejar oleh pemilik rumah yang menagih sewa, tukang daging dan pemilik toko tempatnya berutang. Pada Desember 1852, Marx bahkan tidak bisa keluar rumah karena sepatu dan jaketnya ada di rumah gadai.

Marx memiliki tujuh orang anak, empat diantaranya mati karena prematur dan kurang gizi, atau karena terpaksa bunuh diri. sisanya adalah tiga orang putri, Laura, Eleanor, dan Jenny.

Tepat pada Tahun 1843, Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang disebuah Kafe terkenal di Paris dan menetapkan landasan untuk bersahabat seumur hidup. Antara Marx dan Engels, mereka disatukan oleh kesamaan orientasi teoritis, meskipun pada beberapa sisi mereka berbeda. Terutama pada prinsip hidup yang melandasi keduanya, Marx sebagai orang yang mencintai keluarganya, dan Engels sebagai orang yang tidak suka dengan yang namanya lembaga keluarga. Sebegitu besar peranan Engels dalam kehidupan Marx, baik pada aspek teoritis dalam perkembangan intelektual Marx, maupun pada aspek kontribusi materi Engels dalam kehidupan Marx, akhirnya bermuara pada dihasilkannya beberapa karya penting yang merupakan karya kolaborasi keduanya, semisal The Holy Family dan Manifesto of The Communist Party. Bahkan karya raksasa Das kapital, Buku II dan Buku III dalam dua jilid terakhir Das Kapital, dirampungkan oleh Friedrich Engels, pasca kematian Marx.

Petualangan berlanjut, Tahun 1835 beberapa tulisan Marx yang radikal dengan tajam menyerang pemerintah Prusia sehingga menimbulkan ketidaknyamanan, dan akhirnya menyebabkan pemerintah Perancis (atas permohonan pemerintah Prusia) untuk mengusir Marx dari Paris. Marx meninggalkan Paris dan menuju ke Brussel (Belgia). Di Belgia, Marx dan Engels mendapat mandat dari Liga Keadilan (yang nantinya berganti nama menajadi Liga Komunis) untuk menulis pamflet yang terkenal, The Manifesto Of The Communist Party.

Revolusi pecah di Jerman tahun 1848, sebuah rangkaian pemberontakan buruh yang terjadi didaratan Eropa pada ketika itu. Tidak hanya di Jerman, tapi juga di Italia, Perancis, dan Austria. Rangkaian pemberontakan ini dengan cepat dipadamkan. Marx sendiri pada akhirnya ditangkap oleh Pemerintah Belgia karena menghabiskan warisan dari ayahnya (6.000 emas franc) untuk mempersenjatai buruh Belgia. Marx dikeluarkan dari tahanan di Belgia pada tahun 1849. Setelah keluar dari penjara Belgia, Marx kembali ke Jerman. Akan tetapi situasi pasca revolusi Tahun sebelumnya di Jerman membuatnya merasa tidak nyaman. dan pada tahun yang sama (1849), Marx bertolak ke London (perpindahan lintas negara yang terakhir semasa hidupnya) dan mulai menghilang dari aktivitas revolusioner, Marx selanjutnya menyibukkan diri dalam riset-riset ilmiah, sebuah babak baru dalam kehidupan Marx, dan dari sinilah karya-karya besar Marx (terutama Das Kapital) perlahan lahir.
Masa-masa kemiskian dan kepahitan selama di London dimulai. Sekitar tahun 1853 merupakan masa ujian yang teramat berat bagi kehidupan Marx dan keluarganya, hidup dari pemberian Engels, dan tanpa kecuali Marx menggadaikan seluruh harta miliknya. Perak, taplak, bahkan pakaian anak-anak habis tergadai. Tahun 1864, Marx kembali terlibat dalam aktivitas politik radikalnya, bergabung dengan The International, sebuah gerakan buruh internasional. Marx kembali mencurahkan perhatiannya selama beberapa tahun dalam gerakan tersebut. Perpecahan gerakan The International pada tahun 1876 diikuti dengan kegagalan berbagai gerakan, merupakan awal kejatuhan Marx. Beberapa tahun kemudian, tepat pada 1881, Jenny von Westphalen meninggal dunia, satu tahun kemudian menyusul putri Marx, dan tepat pada Hari Rabu siang pukul 14:45 Tanggal 14 Maret Tahun 1883, Marx menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah menderita radang bisul selama bertahun-tahun. Marx dimakamkan pada hari Sabtu tanggal 17 Maret 1883 di Highgate Cemetery. Disitu pula istrinya dimakamkan lima belas bulan sebelumnya.

Kekayaan intelektual Marx merupakan sebuah takdir sejarah, dia membahas banyak hal, dan hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan, setiap pemikir senantiasa disibukkan dengan polemik yang yang membara dengan hasil pemikiran Marx. Bahkan, beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa, karya yang mengulas tentang Marx, merupakan yang nomor dua terbanyak di dunia, setelah karya tentang yesus dan Injil. Yang pasti, hingga hasil penelusuran masa kini, Marx memilik karya sejumlah 51 karya, sejak tahun 1837, sampai tahun 1880.


DAFTAR PUSTAKA

Beilharz, Peter. 2005. Teori-teori Sosial: Observasi Kritis Terhadap Para Filosof Terkemuka, Diterjemahkan oleh Sigit Jatmiko. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Bertens, K. 2006. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta. Kanisius.
Budi Hardiman, Fransisco. 2004. Filsafat Modern: dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Duverger, Maurice. 2005. Sosiologi Politik, Diterjemahkan oleh Daniel Dhakidae. Jakarta. RajaGrafindo Persada.
Fromm, Erich. 2004. Konsep Manusia Menurut Marx, Diterjemahkan oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
H. Hart, Michael. 2003. 100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, Diterjemahkan oleh H. Mahbud Djunaidi. Jakarta. Pustaka Jaya.
Haramain, Abd. Malik. dkk. 2003. Pemikiran-pemikiran Revolusioner, Malang. Averroes Press.
Lekachan, Robert dan Borin Van Loon. 2008. Kapitalisme; Teori dan Sejarah Perkembangannya, diterjemahkan oleh Sita Hidayah. Yogyakarta. Resist Book.
Lukacs, Georg. 2010. Dialektika Marxis: Sejarah dan Kesadaran Kelas, Diterjemahkan oleh Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Marx, Karl. 2004. Kapital, Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Buku I. Di terjemahkan oleh Oey Hay Djoen. Jakarta. Hasta Mitra.
Ritzer,George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi Modern, Diterjemahkan oleh Alimandan. Jakarta. Kencana.
Skousen, Mark. 2009. Sang Maestro “Teori-teori Ekonomi Modern”: Sejarah Pemikiran Ekonomi, Diterjemahkan oleh tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta. Prenada Media Group.
Suseno, Franz Magnis. 2005. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar