Kamis, 25 Maret 2021

SEKILAS TENTANG LOGICAL FRAMEWORK APPROACH (LFA)


a.       Prolog

Logical Framework Approach (LFA) atau kerangka kerja logis merupakan sebuah metode/pendekatan. Sebagai salah satu alat (tools), pendekatan ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan sistematika perencanaan dan perkembangan suatu kegiatan. Dari beberapa literatur, sedikit dapat dijelaskan tentang operasionalisasi LFA:

1.  Analisis Situasi dan Masalah; situasi kekinian, analisa masalah inti, penyebab, hubungan sebab akibat setiap masalah.

2.  Analisis Stakeholder; identifikasi stakeholder, berbagai kelompok kepentingan yang terlibat, bentuk keterlibatan dan hubungan antar stakeholder yang tersebut.

3.  Analisis Tujuan; menentukan kegiatan untuk pemecahan masalah, melihat alternatif pemecahan masalah, melihat hubungan antara tindakan yang dilakukan dan hasil yang mungkin dicapai.

4.  Analisis Alternatif: urutan prioritas, ketersediaan sumberdaya, kesinambungan program, dll.

b.      Kelebihan Penerapan LFA

LFA (Logical Framework Approach) bisa menjadi salah satu alat yang tepat untuk menganalisis penting dan tidaknya sebuah proyek atau program dilaksanakan, juga tentang tepat dan tidaknya sebuah proyek atau program dilaksanakan. Dengan LFA, kita bisa mengetahui tentang penting dan tidaknya sebuah program atau proyek dilaksanakan, karena LFA didasarkan pada penalaran dari akar yang bisa memberi gambaran secara jelas tentang tujuan yang hendak dicapai serta manfaat atau mudharat ketika program tersebut dilaksanakan. LFA juga bisa menggambarkan tentang tepat dan tidaknya sebuah program atau proyek dilaksanakan, hal ini akan sangat berkaitan dengan tingkat efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia, LFA dapat menggambarkan relevansi penggunaan sumberdaya dengan kemungkinan output atau mungkin outcome sebagai hasil dari penerapan sumberdaya tersebut, sehingga akan ada beragam pilihan untuk menggunakan sumberdaya yang lebih tepat dalam menyelesaikan salah satu persoalan yang kemungkinan timbul dari sebuah proyek/program.

Jika membandingkan dengan perumusan hingga penetapan program yang dilaksanakan secara konvensional, rasanya LFA memiliki manfaat yang jauh lebih besar. Pada banyak kasus, kita menemukan adanya program yang kadang secara substansi sebenarnya belum terlalu penting untuk dilaksanakan, tidak adanya kajian yang dalam serta kehati-hatian dalam menelaah urgensi sebuah program berakibat pada kesimpulan yang tidak tepat, sehingga sesuatu yang belum penting untuk dilaksanakan menjadi terlaksana dan hal lain yang sesungguhnya sudah sangat penting untuk dilaksanakan pada akhirnya menjadi terabaikan. Pada posisi ini, semestinya LFA harus diterapkan sesuai dengan perannya untuk menelaah satu persatu apa yang mendasari sesuatu merupakan sebuah program yang penting serta apa yang mendasari sesuatu yang lain belum merupakan program yang penting atau urgen untuk dilaksanakan.

Demikian halnya, LFA dapat memberi gambaran yang cukup jelas tentang apa tujuan yang hendak dicapai, darimana sesuatu harus dimulai, serta resiko apa yang kemungkinan timbul dan harus diminimalisir. Peran setiap individu atau stakeholder yang terlibat juga dapat didudukkan secara tepat, sehingga masing-masing dapat bertanggungjawab untuk melaksanakan tugas serta tanggungjawab tertentu dengan menggunakan sumberdaya tertentu pula untuk satu tujuan yang sama. Dalam pelaksanaannya, LFA menempatkan beragam alternatif kebijakan sebagai opsi yang mungkin dapat dipilih oleh masing-masing stakeholder atau individu pelaksana yang bertanggungjawab atas suatu tugas tertentu. Jadi, LFA merupakan sebuah metode yang secara implementatif melibatkan banyak individu atau stakeholder dengan tanggungjawab yang relatif berbeda tapi dengan tujuan yang sama, sehingga dalam pelaksanaannya masing-masing dapat menetapkan kebijakan atau opsi kebijakan secara otonom sebagai alternatif untuk pencapaian tujuan pada bidangnya, yang pada prinsipnya dapat mendukung tujuan akhir dari keseluruhan individu atau stakeholder yang terlibat.

LFA dapat digunakan sebagai alat analisis untuk proyek yang sudah atau belum dilaksanakan. Pada proyek yang sudah dilaksanakan, LFA dapat berfungsi sebagai alat analisis untuk melakukan evaluasi atas sejauh mana sebuah program atau proyek dinyatakan berhasil berdasarkan pada tujuannya, sehingga beragam kelemahan atau mungkin kekurangan yang timbul selama pelaksanaannya dapat dianalisis untuk menemukan solusi yang tepat dalam penyelesaiannya. Pada program atau proyek yang belum dilaksanakan, LFA dapat diterapkan untuk lebih mengoptimalkan tujuan yang hendak dicapai, sumberdaya yang tepat, serta aspek efisiensi dalam penggunaan sumberdaya. Dengan pertimbangan ini, maka sudah barang tentu sebuah program atau proyek yang lebih awal dirancang dengan analisis LFA akan memberi tujuan akhir yang lebih berdayaguna dibanding dengan model perumusan program atau proyek yang dilakukan secara konvensional.

a.      Kelemahan Penerapan LFA

Kelemahan yang patut dipertimbangkan dalam penggunaan LFA adalah dari sisi waktu. Sehingga sesungguhnya penggunaan LFA dalam perencanaan sebuah program atau proyek akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan perumusan program yang dilakukan dengan metode konvensional.

Selain dari sisi waktu, sudah barang tentu penerapan LFA dalam perancangan sebuah program akan membutuhkan pendanaan yang sekiranya harus dengan jumlah yang lebih dibandingkan dengan perumusan program yang tidak menerapkan metode LFA.

Dengan pertimbangan ini, maka sangat mungkin penerapan LFA hanya boleh pada kegiatan yang sifatnya sangat penting serta memiliki dampak yang luas dan dengan kebutuhan anggaran yang relatif lebih besar. Karena sangat tidak mungkin sebuah proyek yang begitu penting, berdampak pada banyak orang serta dengan pembiayaan yang relatif lebih besar dilaksanakan dengan metode konvensional yang tidak mampu menakar secara jelas peluang keberhasilan. Tetapi untuk program atau proyek lain dengan pembiayaan yang relatif kecil, serta tidak memiliki dampak yang terlampau luas pada banyak pihak, dan dengan pertimbangan alokasi waktu yang singkat, maka penerapan LFA dapat dipertimbangkan untuk tidak digunakan.